
Bestprofit (12/9) – Harga emas (XAU/USD) melemah ke kisaran $3.630 per ons pada sesi awal perdagangan Asia, Jumat (12/9), setelah mencetak rekor tertinggi sebelumnya. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh aksi ambil untung dari investor serta penguatan moderat Dolar AS. Meskipun demikian, spekulasi pasar mengenai potensi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat memberikan harapan untuk pembalikan arah harga emas dalam waktu dekat.
Aksi Ambil Untung Tekan Harga Emas Setelah Rekor Tertinggi
Setelah mencatat rekor harga tertinggi, tidak mengherankan jika investor memilih untuk merealisasikan keuntungan mereka. Aksi ambil untung ini mendorong tekanan jual, yang menyebabkan koreksi harga emas menuju $3.630. Ini merupakan fenomena umum di pasar komoditas, di mana kenaikan harga yang tajam sering kali diikuti oleh retracement dalam jangka pendek.
Namun, koreksi ini dianggap sehat oleh banyak analis pasar, karena membuka peluang bagi pembeli baru untuk masuk pada harga yang lebih rendah. Dalam kondisi fundamental yang tetap mendukung, penurunan harga seperti ini sering kali bersifat sementara.
Dolar AS Menguat Moderat, Tambah Tekanan pada Emas
Selain aksi ambil untung, penguatan Dolar AS juga turut menekan harga emas. Sebagai komoditas yang dihargai dalam dolar, kenaikan nilai tukar USD cenderung membuat emas menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri, sehingga menekan permintaan global.
Meskipun penguatan USD belum signifikan, pergerakan ini cukup untuk memicu tekanan tambahan pada harga emas, terutama di tengah ketidakpastian arah kebijakan moneter The Fed.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed Jadi Penahan Penurunan
Di sisi lain, meningkatnya spekulasi bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga menjadi faktor kunci yang dapat membatasi pelemahan harga emas. Penurunan suku bunga cenderung menurunkan imbal hasil obligasi, yang secara historis memberikan dorongan bagi aset non-yielding seperti emas.
Data terbaru yang mendukung prospek pelonggaran kebijakan moneter termasuk penurunan tak terduga dalam Indeks Harga Produsen (PPI) AS, serta tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja. Kombinasi kedua indikator ini memperkuat ekspektasi bahwa ekonomi AS mulai kehilangan momentum, yang membuka ruang bagi pemangkasan suku bunga.
Tiga Kali Pemangkasan Suku Bunga? Proyeksi Barclays Memicu Antisipasi
Analis dari Barclays memproyeksikan bahwa The Fed akan melakukan tiga kali pemangkasan suku bunga sebesar masing-masing 25 basis poin, dimulai dari pertemuan FOMC pada September, kemudian Oktober, dan terakhir Desember. Jika skenario ini terjadi, maka total pemangkasan suku bunga hingga akhir tahun bisa mencapai 75 basis poin.
Penurunan suku bunga sebesar ini akan menurunkan biaya peluang untuk memegang emas, menjadikannya lebih menarik dibandingkan aset berbunga rendah seperti obligasi pemerintah. Proyeksi Barclays juga mencerminkan perubahan besar dalam pandangan terhadap kebijakan moneter AS, dari sikap hawkish pada awal tahun menjadi lebih dovish menjelang akhir 2025.
Data Inflasi dan Sentimen Konsumen Jadi Katalis Selanjutnya
Investor kini menantikan data penting berikutnya yang akan dirilis Jumat malam waktu AS, yaitu Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan. Data ini akan memberikan gambaran mengenai pandangan masyarakat terhadap kondisi ekonomi, inflasi, dan pasar tenaga kerja.
Data ini penting karena dapat memberikan petunjuk tambahan bagi The Fed dalam menentukan arah kebijakan moneternya. Sentimen konsumen yang melemah dapat menjadi indikasi lanjutan bahwa tekanan ekonomi semakin meningkat, dan pelonggaran kebijakan mungkin diperlukan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Risiko Geopolitik Dukung Permintaan Emas Sebagai Safe Haven
Di luar faktor-faktor ekonomi, risiko geopolitik global juga terus menopang permintaan terhadap emas. Sebagai aset safe haven, emas cenderung diburu investor saat ketidakpastian global meningkat. Dua hotspot geopolitik utama saat ini adalah Eropa Timur dan Timur Tengah.
Ketegangan antara Rusia dan NATO kembali meningkat setelah Polandia dilaporkan menembak jatuh drone milik Rusia yang masuk ke wilayah udaranya. Insiden ini terjadi di tengah konflik yang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina, dan dapat memicu eskalasi lebih lanjut yang berdampak pada pasar global.
Sementara itu, situasi di Timur Tengah juga kembali memanas setelah Israel melancarkan serangan udara ke ibu kota Qatar, Doha, dengan target pimpinan senior Hamas. Serangan ini dipandang sebagai bentuk ekspansi konflik dari Gaza ke kawasan Teluk, yang selama ini relatif lebih stabil. Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas, yang pada akhirnya bisa mendorong investor untuk mencari perlindungan di aset seperti emas.
Prospek Harga Emas Jangka Pendek dan Menengah
Meskipun saat ini harga emas terkoreksi dari level tertingginya, prospek jangka pendek hingga menengah tetap positif, terutama jika The Fed benar-benar mulai melonggarkan kebijakannya. Jika suku bunga AS mulai diturunkan, maka tekanan dari USD dan imbal hasil obligasi akan berkurang, memberikan ruang bagi harga emas untuk naik kembali.
Selain itu, faktor musiman seperti permintaan emas fisik dari India menjelang musim pernikahan dan festival juga dapat memberikan dukungan tambahan pada kuartal keempat tahun ini.
Para analis memperkirakan bahwa selama harga emas mampu bertahan di atas zona support teknikal penting di sekitar $3.600, maka peluang untuk kembali ke tren naik tetap terbuka. Jika momentum fundamental dan teknikal bertepatan, bukan tidak mungkin emas akan kembali menguji level tertingginya, bahkan mencetak rekor baru.
Kesimpulan: Kombinasi Faktor Fundamental Tetap Dukung Emas
Penurunan harga emas menuju $3.630 pada sesi Asia awal Jumat mencerminkan koreksi teknikal yang wajar setelah kenaikan tajam. Aksi ambil untung dan penguatan moderat Dolar AS menjadi penekan utama dalam jangka pendek. Namun, dukungan fundamental seperti potensi pemangkasan suku bunga The Fed, inflasi yang menurun, pelemahan pasar tenaga kerja, serta ketegangan geopolitik global, menjadi penyeimbang yang kuat bagi emas.
Investor akan sangat mencermati data ekonomi mendatang, termasuk sentimen konsumen dan laporan inflasi selanjutnya. Jika data-data ini mengonfirmasi perlambatan ekonomi AS, maka kemungkinan besar emas akan kembali menguat, didorong oleh ekspektasi pelonggaran moneter yang lebih agresif.
Dengan demikian, meskipun harga saat ini terkoreksi, prospek jangka menengah hingga akhir tahun 2025 masih positif bagi emas. Emas tetap menjadi instrumen lindung nilai yang solid, baik terhadap inflasi maupun gejolak geopolitik global.
Jangan
lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam
informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan
baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar